Rabu, 21 Maret 2012

Alhamdulillah...

Baru sempet buka blog lageee.... Alhamdulillah kemarin tanggal 19 Maret dah pengumuman UKDI, saya lulus.... Senang sekali.... kekhawatiran saya hilang sudah... tinggal magang dan rencana-rencana lainnya... sekarang ngurus syarat2 pelantikan, sama syarat magang,, huff,, banyak banget, waktu terbatas... untung sebagian dah dicicil.... Udah cuma pingin nulis itu aja sih. gak penting ya... Gak papa deh... Ini luapan kebahagiaan saya... Hehehe... :D

Senin, 12 Maret 2012

KUE LUMPUR KENTANG MINI

Kue lumpur adalah jajanan favorit saya di kantin RSUP dr.Sardjito dulu waktu masih koass. Awalnya saya ga pernah tertarik jajan itu. Haha, saya sok kota ga mau jajan yang bentuknya kayak jajanan pasar gitu. Tapi waktu jaga bulan ramadhan kok salah satu teman saya yang dari Malaysia selalu beli kue itu untuk berbuka. Saya jadi penasaran. Saya pun coba sekali. Ternyata enak. Hehe.. Jadi saya ketularan sering beli kue itu...
 
Setelah lama ga menjamah RS itu saya jadi kangen rasa kue lumpurnya. Tapi ya masak mau datang ke RS uthuk uthuk cuma buat ke kantin beli kue lumpur. Jadilah naluri koki amatiran saya muncul. Saya browsing resep kue lumpur, dapat di blognya om Budi Sutomo (sok kenal banget manggil-manggil om. hehe... maaf ya om, anggap saja saya penggemar anda. saya suka mampir blog anda buat cari resep). Tapi dasar pemalas, dah lama saya simpen resep itu ga dicoba-coba juga.
Sampai pada tadi pagi, ibu saya dapat jatah memasak buat posyandu balita (hadeh, urusan ibu-ibu geto deh...). Buat dedek-dedek itu mau dibuatin sop. Tapi ternyata ada miskomunikasi antar para ibu itu, jadinya sopnya ga pake kentang, padahal ibu dah ngerebus kentang (untung belum dibumbuin). Jadinya kentang itu dihibahkan ke saya buat mainan, eh, maksudnya dibuat makanan apa gitu... Barulah saya keinget resep kue lumpur itu yang berjuta tahun dah ngendon di laptop saya belum pernah dipraktekin... Lihat-lihat bahan-bahan di dapur... Hhmm, ternyata ada beberapa kendala, telur tinggal 2 biji (dan pagi-pagi saya males keluar beli telur, hehe..) selain itu saya ga punya cetakan kue lumpur, adanya cetakan poffertjes yang bulet-bulet kecil itu. Jadilah saya modifikasi resep itu jadi kue lumpur kentang mini. Hehe, maksa... ini resep yang kemudian saya modifikasi...
 
Kue Lumpur Kentang [jadi Kue Lumpur Kentang Mini]

Bahan:
250 gr kentang, kukus, haluskan [
saya cuma pake 200 g, dan direbus lalu dihaluskan. soalnya kentang hasil hibah. Hehe...]
200 gr tepung terigu [
jumlahnya saya perbanyak jadi 400 g karena telurnya cuma dikit, jadi saya kasih tepung lebih banyak supaya adonan ga terlalu encer]
200 gr gula pasir
[saya kurangi jadi 180 g biar ga terlalu manis, lagi-lagi karena telurnya cuma dikit]
6 butir kuning telur, 2 butir putih telur [
saya cuma pake 2 butir telur, dipake putih dan kuningnya semua, karena saya males pagi-pagi ke warung. Hehe...]
500 ml santan kental dari 1 butir kelapa [
saya kurangi jadi 250 ml aja biar ga keenceran]
60 gr margarin, lelehkan
½ sdt garam halus
¼ sdt garam halus
60 gr kismis untuk taburan
60 g serutan kelapa muda
[ga pake ini, cuma kismis ajah]
sedang dimasak

Cara Membuat:
1.Kocok telur, gula pasir dan garam selama 20 menit atau hingga mengembang. Masukkan tepung terigu dan kentang sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan spatula plastik hingga tercampur rata.
2.Tambahkan santan, vanili dan mentega cair, aduk rata. Saring. Sisihkan.
3.Panaskan cetakan kue lumpur [saya pake cetakan poffertjes], olesi dengan sedikit minyak. Tuang adonan ke dalam cetakan hingga ¾ dari tinggi cetakan, tutup [saya ga pake tutup-tutup segala] dan masak dengan api sedang [saya pake api kecil aja, coz cetakannya kecil dan unyu] hingga kue setengah matang.
4.Tambahkan beberapa potong kismis dan serutan kelapa muda [saya cuma pake kismis aja] di atasnya. Masak kembali hingga kue benar-benar matang. Angkat, atur di dalam piring saji. Hidangkan hangat.

Jadi deh... Wah bentuknya imut banget... Sekali suap habis sebiji nih... Hehe... Rasanya... wah, menurut saya enak, kayak kalo beli di kantin RS dr.Sardjito, bahkan ini lebih enak. Hehe.. Saya sungguh tau diri sekali, ibu-ibu pada gotong royong masak buat posyandu balita, saya bukannya bantuin malah asyik buat kue sendiri. Hehe, ga papa deh, saya kan belum ibu-ibu (ngeles), lagian tadi ibu saya yang nyuruh saya manfaatin kentang malang yang hampir terbuang itu (proyeksi klasik). Tapi saya minta ibu-ibu itu coba hasil praktek saya, kata mereka juga enak (semoga bukan karena di dapur banyak pisau dan alat-alat berat macam ulekan dari batu ;p). Malah ada yang bilang mau pesen segala. Maaf ya bu, saya belum nerima pesanan, wong masih mood-moodan juga kalo buat kayak ginian. Hehehe...

Kamis, 08 Maret 2012

JANGAN SEPELEKAN DIARE


Siapa sih yang gak pernah diare? Saya rasa mayoritas orang Indonesia pernah kena diare... Berarti dah biasa donk... Trus kenapa ada judul kayak gitu? Yah, silahkan dibaca aja deh...

APA ITU DIARE?
Emang apa sih diare itu? Diare adalah perubahan frekuensi buang air besar menjadi lebih sering disertai perubahan konsistensi menjadi lebih cair daripada biasanya. Jadi, BAB sering dengan konsistensi normal bukanlah diare. Begitu juga pada adek-adek baby yang masih minum ASI, BAB nya lembek, karena memang begitulah biasanya. Di berbagai center pendidikan kedokteran, diare didefinisikan sebagai buang air besar cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari.  Diare paling sering terjadi pada anak-anak, usia 6 bulan sampai 2 tahun. Tapi bukan berarti kalo dah gede gak mungkin kena diare...

DIARE AKUT ATAU PERSISTEN?

Berdasarkan waktunya, diare dibagi menjadi diare akut dan persisten. Diare akut adalah diare yang terjadi secara tiba-tiba dan lamanya <14 hari. Sedangkan diare persisten adalah diare akut yang berlanjut ≥14 hari.

KENAPA GAK BOLEH DISEPELEKAN?

Meski hampir semua orang pernah kena diare, namun ternyata diare juga bisa berbahaya. Diare berbahaya karena bisa mengakibatkan dehidrasi, yang bisa berujung pada kematian. Apa itu dehidrasi? Dehidrasi adalah hilangnya cairan dan mineral tubuh. Pada diare akut yang berat, hilangnya cairan tubuh yang berlebihan sangat mungkin menyebabkan syok hipovolemik, apalagi asupan cairan kurang karena biasanya disertai gejala mual dan muntah. Aduh, apaan sih syok hipovolemik? Intinya organ-organ tubuh kita jadi gagal berfungsi karena jumlah cairan tubuh kurang. Oya, dehidrasi juga lebih cepat terjadi pada anak-anak, iklim yang panas, juga bila terdapat demam. Jadi keadaan-keadaan tersebut perlu diwaspadai. Selain dehidrasi, penyebab kematian lainnya adalah bila diare disertai lendir dan darah (disentri). Selain itu, keadaan malnutrisi atau kurang gizi juga bisa menjadi penyebab kematian pada diare.

GIMANA MENANGANI DIARE?

Meski berbahaya dan perlu waspada, jangan panik. Pertama, identifikasikan dulu jenis diarenya. Diare akut yang khas (spesifik) adalah diare disertai lendir dan darah (disentri) serta diare cair banyak dengan BAB berwarna seperti air cucian beras (kolera). Diluar itu disebut diare akut nonspesifik. 

Disentri bisa disebabkan oleh bakteri (umumnya Shigella) maupun parasit (Entamoeba histolitica). Pokoknya kalo dah ada darah dan lendir segera ke dokter deh, karena penyembuhannya perlu antibiotik. Dan komplikasinya juga berat jika sembuhnya tidak tuntas, bisa terjadi abses hepar (hati bernanah).

Sedangkan kolera disebabkan oleh Vibrio cholera, ditandai dengan BAB yang banyak, cair, berwarna keruh seperti cucian beras, biasanya disertai dengan nyeri perut hebat dan didahului dengan muntah-muntah hebat. Tanda khas lainnya adalah baunya yang ‘manis’, berbeda dengan bau tinja biasa. Kolera menyebabkan dehidrasi berat dengan cepat, dan umumnya menyebabkan kematian pada jaman susah dulu kala sebelum ada antibiotik. Karena itulah perlu segera dibawa ke dokter. Selain untuk diberi antibiotik, juga untuk diinfus bila frekuensi muntah yang sering jadi mengganggu asupan cairan.

Sedangkan untuk diare akut nonspesifik, perawatan di rumah biasanya cukup. Diare akut non spesifik tidak memerlukan antibiotik karena umumnya disebabkan oleh virus atau bakteri yang tidak merusak usus (non invasif). Kunci utama adalah pemberian cairan (rehidrasi). Jangan sampai penderita diare kurang minum. Lebih baik minum dengan sedikit-sedikit tapi sering daripada banyak dan sekaligus, yang bisa memacu muntah. Bisa dengan makanan yang berkuah banyak seperti sup, buah-buahan, susu atau air putih. Pada bayi, tetap berikan ASI, kalo bisa lebih sering dari biasa. Tiap habis BAB, beri oralit. Setelah rehidrasi, teruskan pemberian makan. Jangan tunda pemberian makan hingga diare membaik. Makan dengan makanan seperti biasanya supaya tidak terjadi malnutrisi (tapi ya dihindari makanan yang mengiritasi saluran cerna seberti lombok, cabe, merica, kopi). Bila demam, bisa diberikan penurun panas. Jangan memberikan obat antidiare secara sembarangan, terutama pada anak-anak.  Karena sebenarnya diare merupakan mekanisme normal tubuh kita untuk mengeluarkan racun. Jadi, bila frekuensi diare sangat mengganggu aktivitas, lebih baik segera ke dokter. Oya, tambahan lagi, bisa diberikan suplemen zink selama 10-14 hari untuk mengurangi keparahan diare saat ini dan mengurangi risiko terjadinya diare selanjutnya.

Jika dengan pemberian cairan dan perawatan di rumah belum membaik hingga lebih dari 14 hari, maka itu sudah diare persisten dan disarankan untuk segera dibawa ke dokter.

GIMANA MENILAI DEHIDRASI?

Dehidrasi dinilai dari kembalinya cubitan kulit perut, mata cowong, kesadaran dan keinginan minum. Semakin lambat kembalinya kulit perut kalo dicubit, semakin berat dehidrasinya. Semakin cowong/cekung matanya, semakin berat dehidrasinya. Pada pasien tanpa dehidrasi kesadarannya masih baik (masih nyambung kalo diajak komunikasi) dan keinginan minumnya biasa. Pada pasien dehidrasi ringan-sedang, kesadarannya menurun (mulai ngelantur kalo diajak ngomong atau pada anak kecil rewel) dan pasien merasa kehausan. Pada pasien dengan dehidrasi berat, kesadarannya bisa sangat turun (bisa sampai pingsan, koma) dan pasien dah gak nafsu buat minum.


POIN PENTING!!

Segera bawa ke dokter bila...
1.       Diare dengan lendir dan darah
2.       Diare cair yang sangat banyak dan keruh seperti warna cucian beras
3.       Muntah-muntah yang banyak sehingga susah untuk minum
4.       Nyeri perut yang hebat
5.       Diare yang sangat sering sehingga mengganggu aktivitas
6.       Terdapat tanda dehidrasi berat
7.       Diare berlanjut hingga lebih dari 14 hari

Saat anda ke dokter, dokter perlu informasi dari Anda mengenai diare Anda maupun anak Anda seperti sejak kapan terjadi, seperti apa bentuk, bau tinjanya, berapa kali sehari, riwayat makanan sebelumnya, sedang banyak pikiran tidak dan sebagainya. Untuk mendapat terapi yang sesuai, pemberian informasi juga harus sebenarnya. Jadi jelaskan saja sejujurnya, tak usah malu-malu. Bila dibutuhkan, dokter akan melakukan pemeriksaan tinja untuk menegakkan diagnosis. Namun bila gejalanya sudah sangat khas, apalagi jika di daerah yang fasilitasnya minimum, biasanya dilakukan pemeriksaan fisik saja kemudian langsung diberikan terapi yang sesuai.

Jadi jangan pernah sepelekan diare. Semoga informasi ini berguna bagi Anda. Sekian ^^

Referensi

  • USAID-WHO-UNICEF-iZinCG. 2005. Diarrhoea Treatment Guidelines Including new recommendations for the use of ORS and zinc supplementation for Clinic-Based Healthcare Workers
  • PAPDI. 2006. Buku Ajar Penyakit Dalam
  • UKK gastro-hepatologi IDAI. 2009. Modul Diare Cair Akut Dan Disentri

               

Selasa, 06 Maret 2012

Dokter Karbitan? Salah Siapa, Ya???

Tulisan jadul dari notes FB saya... Diupload tanggal 24 Desember 2009, saat akhir masa kuliah saya dan hampir memasuki koass... Kalo sekarang saya baca lagi lucu juga...

Setelah berpuyeng-puyeng ujian dan OSCE di hari yang sama… Jadi ingin membagi pikiran saya ini ke temen2 sejawat. Gak terasa dah 3,5 th qt kuliah,, dah mau kompre,, cepet amat ya???

Okay, tulisan ini saya beri judul “Dokter Karbitan? Salah Siapa, Ya??”. Temen2 tau kan,,cara mematangkan buah dengan dikarbit? Jadi misalnya ada perkebunan mangga, mangga2nya belum mateng, tapi karena pemiliknya pingin cepet2 panen karena dah keburu pingin balik modal,, jadi deh tu mangga dipanen prematur… Trus supaya layak jual, mangga2 muda itu “dikarbit” semaleman, jadi besoknya pagi2 bisa dibawa ke tengkulak buat dijual… Yah, kira2 kuliah kedokteran jaman sekarang bisa dianalogikan dengan mangga karbitan itu… Atau kayak ayam pedaging yang disuntik hormon supaya cepet besar dan layak konsumsi…

Itu bukan semata2 pikiran saya lho… Banyak masyarakat sipil yang pikirannya kayak gitu… Bahwa kuliah kedokteran jaman sekarang cepet, banyak anak2 muda yang dah jadi dokter atau bahkan ngambil spesialis, dengan cepet maka bisa segera balik modal, ujung2nya dihubung2kan dengan banyaknya malpraktik medis jaman sekarang… Mungkin pikiran mereka : Gimana gak ngawur ngobatin pasien? Orang cuma dikarbit semalem,,gak jaminan bisa manis2 semua… Nyawa orang kok buat mainan…

Seperti yg saya alami kemarin, saya sedang menunggu di poliklinik RS Hardjolukito buat kontrol gigi saya. Saya diajak ngobrol ibu2 di samping saya, seorang pensiunan di Polri. Setelah ngobrol ngalor-ngidul, ibu itu tanya saya kuliah dimana, semester berapa. Ya saya jawab di kedokteran semester tujuh. Lalu ibu itu tanya, koass itu sama dengan dokter muda g? Saya jawab, sama bu, tapi saya belum koass. Lalu ibu itu bercerita beberapa waktu lalu ke Sardjito di poli Mata dan lihat 2 dokter muda yg menurut ibunya cuma duduk2 gak jelas dan males2an gitu (koass pato tuh…). Parahnya residen yg meriksa ibu itu ngasih tau, “Itu Bu, mereka berdua dokter muda, calon dokter, kok bisa2nya nyantai2 dan males2an gitu..”. Weks3… Ibu itu bilang ke saya, “Kok sekarang calon dokter pada bisa santai2 gitu, ya Mbak? Yang dihadapi nanti kan nyawa orang… Belum jadi dokter aja dah males gitu…”

Yah,,, saya speechless sejenak. Lalu, “Ya, kan gak semua kayak gitu Bu… Itu tergantung orangnya juga. Lagian Sardjito kan RS pendidikan, didalamnya ada dokter, calon dokter, spesialis, calon spesialis, perawat, calon perawat dan staf2 RS lain. Karena terlalu banyak profesi itu, mungkin koass2 itu lagi gak kebagian tugas…” Hua… Ngelesnya gak banget kan… Paling gak, pingin sdkt melindungi kawan2 sejawat itu… ;p

Jadi ingat juga kata2 tutor kami blok lalu, “Jaman sekarang mahasiswa pada suka makan yang instan2 sih,, pantes mikirnya juga instan2… Kalian tu basicnya lemah banget… Ya saya gak menyalahkan kalian, emang sistemnya sekarang kayak gitu… Kalian semester satu dah diajari ngganti perban. Jaman saya dulu sebelum tahun keempat belum diajari klinik… Jadi basicnya kuat”. Oke,oke, pak… Emang sistemnya sekarang kayak begonong… Saya juga kagak bisa milih dilahirkan dan dibesarkan di zaman ini… Kalo boleh milih saya pingin dilahirkan di zaman nabi Muhammad aja. Kalo ada masalah bisa langsung konsul ke sumbernya… Hehe, malah ngelantur…

Saya inget filmnya Robbin Williams, film jadul sih, judulnya apa ya,,lupa… Jadi ceritanya si Adam (Robbin) itu kuliah kedokteran di usianya yg gak muda lagi karena ia ingin menolong orang dg berempati, mensejajarkan hubungan pasien-dokter. Ceritanya waktu itu pendidikan kedokterannya masih konvensional banget, dimana mahasiswa gak boleh berinteraksi sama pasien sebelum tahun keempat. Dosennya gak setuju dg Adam karena menurutnya dokter tu “kaum priyayi” lah. Buat apa empati? Membuat pasien gak menghormati dokter… Padahal Adam bermotivasi gitu karena sebelumnya dia pernah masuk RSJ karena depresi berat, tapi bahkan psikiaternya sama sekali gak bisa berkomunikasi baik dg pasien… Singkat cerita Adam dan temen2 sevisinya mbuat semacam klinik rahasia dimana “dokter2”nya mengajak pasien untuk menjalani terapi sambil tertawa (karena tertawa bisa memacu sekresi beta endorphin yg menekan rasa sakit…) dan gratis…

Itu jaman dulu ya,, jaman PBL sekarang, mahasiswa dah diajari klinis lebih awal, dipertemukan dg pasien seawal mungkin (paling gak pasien simulasi), selalu ditekankan dengan kata2 mantera EMPATI, EMPATI dan EMPATI. Tapi karena hal2 itu diberikan lebih awal, seperti kata pak ****, konsekuensinya basic medical science kita lebih lemah… Waktu kuliah juga dipadetkan,, kuliah nyambi skripsi,, jadi bisa lulus lebih cepat. Temen2 di fakultas lain dan sepupu2 saya pada heran saya masih berangkat kuliah padahal dah pendadaran. Mereka bilang, di kampus mereka, blm boleh ambil skripsi kalo teori belum habis…

Sistem telah membuat kita begini. Lalu apa kita akan menyalahkan sistem? Ya nggak bisa juga… Pak **** juga menambahkan, “Sistem sekarang memang memberikan basic science sangat sedikit, jadi ya kalian yang harus menguatkannya sendiri… Banyak2 baca…”

Oke,,oke teman… Intinya, meski kita dididik dengan sistem macam ini, kita harus bisa menyesuaikan diri… Meski jaman sekarang sistem membuat orang jadi korupsi, namun jangan ikut2 korupsi. Say no to KKN!!! Halah ngelantur maneh to…

Kalau selama 3 koma sekian tahun ini teman2 merasa masih jadi mahasiswa pato (hya,,saya juga pato, telatan…), masih ada beberapa bulan untuk memperbaiki diri sebelum masuk ke rotasi klinik. Saya ingat perkataan salah satu dosen waktu kuliah blok 20 Psikosomatis, “Waktu kalian koass, guru kalian ya pasien2 itu,, gak ada gunanya kalian bawa buku2 tebal dan malah baca2 di bangsal. Saat kalian belajar dari buku ya waktu kalian kuliah… Di RS kalian belajar dari pasien”. Hiks, jadi pingin nangis saya…

Ayo, semangat kawan2!!! Kita buktikan bahwa kita, calon2 dokter karbitan korban sistem ini bisa jadi dokter yg berkualitas, berEMPATI dan mempertanggungjawabkan setiap tindakan kita, gak hanya di depan pasien, pengacara atau hakim, tapi juga di hadapan Allah di Hari Peradilan kelak…

Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, bagitu pula diri ini yang jauh dari sempurna, jadi kita saling mengingatkan yak!!!! Terakhir…

Burung Irian, burung cendrawasih
Cukup sekian dan terimakasih
Yuukkk…
^_^

Semua memang berlalu begitu cepat. Sekarang setelah koass selesai, merasa jadi dokter karbitan gak? Aduh, memang rasanya jadi pingin mengulang koass, sepertinya masih kurang banyak belajar. Tapi belajar memang harus dilakukan sepanjang hayat sih, gak hanya saat kuliah atau masa pendidikan saja...

Senin, 05 Maret 2012

Tentang Lagu Dan Pikiran

Katanya lagu yang kita dengar akan mempengaruhi pikiran bawah sadar kita. Jujur saat galau dan orceth saya lebih suka lagu-lagu galau dan orceth karena rasanya kok bisa pas banget dengan keadaan saya... Tapi hasilnya, ternyata malah jadi semakin galau dan orceth. Setelah saya lihat, ternyata di folder lagu saya isinya jauh lebih banyak lagu galau dan orceth dibanding lagu yang memotivasi. Hehe... Ini daftar lagu-lagu positif dari koleksi lagu-lagu kesukaan saya yang saya rasa bisa memotivasi saya... (siapa seh, yang nanyaa?? hehe XD)
  1. Hanya Hamba Allah -- Opick
  2. Jangan Menyerah -- D' Masive
  3. Welcome To Wherever You Are -- Bon Jovi
  4. You Are Loved -- Josh Groban  
  5. You Raised Me Up -- Josh Groban
  6. Sampai Nanti, Sampai Mati -- Letto
  7. Meraih Mimpi -- J-Rock
  8. Everyday -- Bon Jovi
  9. Ceria -- J-Rock
  10. Better Man -- Robbie Williams
Apa lagi ya... yah... dah gak ada ternyata...
Aduh... ternyata dari banyak koleksi lagu yang saya sukai, lagu-lagu yang memotivasi hanya 10 itu??? Lalu sisanya??? Ckckck... pantas saja kenapa pikiran saya banyak galau dan orceth. Waw, saatnya menambah koleksi lagu yang memotivasi... Semangat... \^o^/


Sabtu, 03 Maret 2012

Try Out OSCE UKDI


       OSCE – Objective Structured Clinical Examinaton. Tentu teman-teman sejawat mahasiswa kedokteran, koass maupun yang udah jadi dokter akrab dengan istilah ini. Ujian skills saat jadi mahasiswa kedokteran, dilakukan tiap 3 blok / 1 semester sekali. Ujian yang bikin dheg-dheg sirr... Berharap mendapat dosen penguji yang baik hati dan tidak sombong. Gak tidur semaleman, autis ngomong sendiri ngapalin checklist.. Bersorak senang waktu tau dosen killer yang menguji gak bisa hadir dan digantikan oleh residen kesayangannya (senang lah, biasanya residennya lebih baik). Waktu ujian ngomong gak jelas sama manekin.. Kadang bingung juga, soalnya ada dosen saya yang gak suka kalo kita ngomong sama manekin kayak orang stress. Sementara ada dosen lain yang mengharuskan kita memanusiakan manekin sebelum memanusiakan manusia – pasien sebenarnya. Lalu menghadapi pasien simulasi yang jago acting dan hobi ngetes kita. Kayaknya mas-mas & mbak-mbak itu mukanya puas... banget kalo menanyakan tentang penyakit atau treatmentnya dan kebetulan kita pas gak menguasainya (belum selesai belajar kasus itu) dan kebingungan menjawab. Kalo dulu waktu sering OSCE sih, pokoknya asal pede saja. Nggombal sekenanya lah. Ini nih yang disebutkan para konsulen waktu saya koass di bagian jiwa. Simptom psikiatrik bisa juga muncul pada orang sehat pada situasi tertentu. Misalnya mahasiswa waktu ujian lisan maupun OSCE. Jadi logorea, flight of idea, asosiasi longgar, lebih parah lagi inkoherensi... Menurut saya mending ngomong banyak gak nyambung gitu sih dibanding blocking ato remming... Hehe... Kalo bisa sekalian pasien simulasinya dibuat bingung aja. Pokoknya jangan sampai senyum puas bisa ngerjain kita itu muncul di muka si pasien simulasi. Hehe... Trus sampai rumah belajar lagi deh tentang kasus yang membuat kita merasa gebleg bin dudul itu. Jangan sampai besok-besok lagi kalo dapat pasien dengan kasus yang sama di OSCE berikutnya atau pas remediasi (ada kemungkinan gak lulus to, wong jawabnya ngawur...) kita bingung lagi. Waktu koass ternyata ada juga OSCE, tapi pasiennya pasien beneran bukan simulasi lagi. Ini sih udah biasa dan tinggal ngalir aja kalo kita dah biasa rajin follow up pasien. Lagian pengujinya biasanya gak seidealis penguji waktu S1. 

UKDI – Uji Kompetensi Dokter Indonesia. Ujian ini mulai diberlakukan pada angkatan baru-baru, mulai angkatan 2000-an apa ya... Soalnya dokter yang angkatan 1990-an pada gak mengalami UKDI ini. Ujian ini adalah ujian final banget setelah kita selesai semua stase koass dan yudisium. Sebenarnya sudah dokter ni, tapi belum disumpah. Ujian yang mendebarkan. Mengerjakan 200 soal dalam 200 menit. Butuh daya tahan fisik dan mental (lebay sih...). Dulu sampai angkatan 2005 masih paper based. Mulai angkatan saya, 2006, sudah computer based. Satu tambahan stressor lagi buat manusia-manusia gaptek macam saya. Takut lah kalo tiba-tiba ada kendala teknis ato salah klik ato gimana. Tapi kemarin 18 Februari ujiannya dah terlaksana. Alhamdulillah gak ada kendala teknis yang saya takutkan. Tinggal nunggu pengumumannya tanggal 19 Maret. Aduh... dheg-dhegan nih... Tapi gimana lagi, yang penting dah berusaha sebaiknya, tinggal tawakkal dan berdoa. Mohon ikut didoakan ya... Takut nih... Hehe, malah curhat. 

Gimana kalo dua hal mengerikan itu digabung?? Jadi OSCE UKDI?? O tidak... Super duper mengerikan dong... Hehe... Saya bersyukur OSCE UKDI baru mulai diberlakukan tahun 2013. Semoga saya dan teman-teman seangkatan saya bisa lulus UKDI kemarin sehingga gak perlu ikut UKDI yang dah ada OSCE nya. Amin-amin-amin... Buat teman-teman dan adik-adik yang bakalan kena UKDI yang ada OSCE nya gimana? Saya hanya bisa turut prihatin (SBY mode: on). Hehe... Gak ding... Saya mau bagi pengalaman nih... Semoga membantu.

Tanggal 25 Februari kemarin saya ikut try out OSCE UKDI nya. Try out ini yang ketiga kalinya dilakukan untuk persiapan sistemnya, udah baik atau belum. Saya ikut baru sekali itu. Waktu daftar UKDI ada pilihan bersedia ikut try out OSCE tanggal 28 Februari? Saya pilih ya. Saya pikir buat pengalaman dan ngisi waktu aja, wong juga gak ada rencana kemana-mana. Ternyata try out nya dimajukan tanggal 25... Malam sebelum UKDI saya ditelpon dosen skills lab, jadi bisa ikut try out nya gak. Tanggal 24 briefing, tanggal 25 try out nya... Belum ada rencana apa-apa (alias banyak nganggur). Jadinya saya sanggup deh.

Waktu briefingnya saya jadi dheg-dhegan. Dah lama gak OSCE model mahasiswa S1 gini... Dan ternyata dari pesertanya, separuhnya aja yang teman-teman seangkatan saya yang dah UKDI, separuhnya adik angkatan saya yang masih koass. Menurut dosen saya, sebagian besar yang awalnya bersedia ikut try out membatalkan waktu ditelpon karena tanggalnya diajukan. Waduh saya jadi dheg-dhegan banget. Agak nyesel juga, kenapa saya gak pura-pura ada acara lain aja ya?? Hehe,, tapi gak papa lah, itung-itung buat pengalaman. Jadi diinformasikan bahwa ada 14 station... 2 station istirahat, 4 station penyakit dalam, 8 station yang lain-lainnya. Masing-masing station waktunya 14 menit, diselingi untuk baca soal dan moving, waktu efektifnya 12 menit. Karena berlabel nasional, maka beberapa penguji berasal dari center lain, gak hanya dari UGM. Waktu briefing saya berencana untuk sekedar buka-buka lagi checklist jaman S1 dulu. Tapi sampai rumah... niat tinggal lah niat belaka... Toh ini gak mempengaruhi apa-apa... Jadinya saya gak ada persiapan khusus buat try out OSCE ini. Jalani saja mengalir seperti air... Ingat-ingat aja ujian waktu koass, lakukan kayak gitu aja. Hehe...

Hari-H nya... Datang jam 7 kurang... Lalu menunggu para penguji siap. Seperti peraturan UKDI, seluruh barang peserta diamankan. Termasuk jam tangan, handphone dan dompet, dimasukkan ke loker. Jadi benar-benar cuma bawa diri aja. Gak kayak OSCE waktu mahasiswa yang harus bawa alat sendiri dan jam tangan, untuk OSCE UKDI stetoskop, termometer, palu refleks gak perlu bawa lagi, dah disediakan. Jam tangan juga gak perlu bawa lagi karena tiap ruang dah ada jam dinding. Oya, yang boleh bawa sendiri cuma bolpen aja. Itu pun waktu try out kemarin juga dah disediakan. Oya, jangan lupa kostumnya yang sopan, no jeans, no kaos, no sandal. Jangan lupa juga pake jas putih. Dan bawa kartu ujiannya. Oke. Jadi seluruh peserta diminta duduk di depan masing-masing stationnya sampai semua siap. Setelah ada suara “Silahkan baca soal”, kita berdiri dan membaca soal berupa kasus singkat dan instruksi yang ada di depan pintu. Soal ini dalam kondisi tertutup, sehingga untuk membaca soal kita harus menggeser penutupnya ke atas dan mengembalikannya lagi seperti semula setelah selesai (biar gak diintip peserta selanjutnya mungkin). Lalu ada suara “Silahkan masuk”... Kita masuk deh ke dalam. Di dalam ada soal yang sama dengan di pintu kalau-kalau saking gugupnya kita lupa. Penguji atau observer di pojok. Gak akan memberi informasi apapun kecuali hasil pemeriksaan fisik atau laboratorium yang kita butuhkan. Kalo pengujinya nanya ke kita tentang penyakitnya, itu mungkin sekali. Selain itu tergantung stationnya, ada yang isinya manekin, ada yang isinya pasien standard (untuk OSCE UKDI istilahnya pasien standard, bukan pasien simulasi lagi). Lalu? Mulai deh sesuai instruksinya. Jangan buang banyak waktu. Nanti ada bel pengingat, bel ini bukan waktunya habis loh, tapi peringatan kalo waktu tinggal 2 menit lagi. Setelah 2 menit, baru deh ada suara pengusir “Waktu habis, silahkan keluar”. Habis keluar jangan langsung baca soal ato masuk ke station berikutnya, bisa didiskualifikasi ntar. Duduk manis di kursi depan station sampai ada suara “Silahkan baca soal” lagi. Gitu deh sampai semua station terlewati. Tapi asli, menurut saya hukum relativitas waktu benar-benar berlaku disini. Kalo kita pas menyukai stationnya dan menguasai kasusnya, menikmati banget ujiannya, seakan-akan waktunya sangat terbatas, tau-tau abis. Tapi kalau pas station yang bikin kita bingung, mentok gak tau harus bagaimana lagi, nunggu bel peringatan berbunyi kayak bertahun-tahun deh. Hehe... Di station istirahat, perbanyaklah doa... Bisa minum juga kalo haus, sudah disediakan minum. Ini juga kesempatan buat ke kamar kecil. Saya mau cerita per station yang saya masuki ya... Buat gambaran teman-teman yang kelak ikut OSCE UKDI...

Station pertama. Obgin... Waktu itu kasusnya intinya diminta pasang AKDR alias IUD. Ini station dengan manekin. Mungkin OSCE UKDI sebenarnya kasusnya bisa lain loh ya, bisa pasang implant, pemeriksaan ginekologi, partus spontan, presbo, kuret, pap smear, dsb. Ingat-ingat lah waktu OSCE stase Obgin dulu. Tapi ternyata kasus sesimpel ini saya melakukan kecerobohan juga. Padahal dulu waktu koass di Banjarnegara saya dah pernah pasang IUD pada pasien meski baru satu kali. Mungkin dheg-dhegan karena berlabel ujian dan karena ini station pertama. Kecerobohan saya diantaranya merobekkan handscoon. Aduh keliatan banget gugup. Lalu saya dah pake handscoon tapi belum nyiapin IUD nya yang ternyata masih disegel. Lalu saya gak pasang tenakulum. Waduh, kalo ujian beneran bisa gak lulus nih... Malu juga sama pengujinya, saya gak kenal sih. Mungkin ini penguji yang dari center lain. Atau dosen saya sendiri tapi saya gak kenal? Entah lah... Beruntung nama di jas saya sudah pudar karena sering dicuci (dulu waktu koass bercandanya kalo jas kayak gini koass postchief). Jadi semoga nama saya gak diinget lah. Malu... Hehe... Tips buat kalian yang OSCE UKDI station Obgin: kalo handscoon robek jangan panik, stay cool, ganti aja lagi karena di OSCE UKDI ini disediakan banyak bahan habis pakai yang boleh kalian pakai semaunya. Habis-habisin aja. Denger-denger juga dah bayar mahal kan kalo ujian sebenarnya. Lalu siapkan dulu IUD sebelum pakai handscoon. Kalo dah terlanjur, ganti lagi handscoon sebelum memasukkan IUD ke model uterus. Gak papa, gak akan dimarahi ngabis-ngabisin handscoon daripada on dan gak lulus... Trus inget-inget stepnya, jangan ada yang kelewatan. Banyak-banyak latihan sesuai checklist akan membantu.  

Station kedua. Bedah. Kalo ini pengujinya saya tahu. Beruntung bukan dosen senior yang killer itu. Atau dosen lainnya yang lebih muda tapi juga killer dan terkenal nyentrik karena gak suka kalo kita ngomong sama manekin. Hehe.. Ini staf muda yang baik hati dari bedah onkologi. dr.A,SpB. Dan kasusnya saya suka... Bedah minor, simple skin suturing. Mungkin saya emang suka jahit menjahit, maklum waktu SMP saya paling suka pelajaran PKK. Hehe.. Saya mengerjakan station ini dengan sepenuh hati. Waktunya pun pas, gak kurang. Bahkan pengujinya sempat ngasih feedback ke saya. Emang ini cuma try out, dan yang dinilai adalah sistemnya. Tapi dr.A,SpB berbaik hati memberi feedback. Beliau bilang ini gak akan berpengaruh pada hidup mati saya. Hehe. Saya sih senang-senang aja, buat masukan saya juga. Katanya jangan menyentuh luka tanpa proteksi (saya emang gak pake handscoon waktu meriksa luka, hehe). Lalu anestesi dulu sebelum cuci luka dengan H2O2. O iya... itu saya benar-benar lupa kalo protokolnya gitu. Habis kemarin-kemarin biasa hecting di klinik waktu saya gantiin jaga kakak kelas gak pernah pake H2O2, lha wong gak ada... Jadi saya malah lupa standard yang benar. Tips buat kalian: sama seperti sebelumnya, pakai bahan habis pakai sesuka kalian. Kalo gak ada handscoon on buat meriksa luka, pake aja handscoon steril (jadi inget di UGD Klaten dulu sebelum disediain handscoon on pada buang-buang handscoon steril). Benang juga, kalo dah kependekan ganti aja yang baru. Ingat step-step yang benar. Seperti kata seorang dosen senior biasakan lakukan yang benar, jangan membenarkan yang biasa kita lakukan. Hehe... Trus apalin juga nama alat-alatnya. Kemarin saya gak ditanya sama penguji sih, wong cuma try out. Kalo OSCE UKDI kelak, siapa tau pengujinya iseng nanya nama alat-alatnya...

Station ketiga, penyakit dalam 1. Ini saya kacau... Kasusnya penurunan berat badan. Pasiennya pasien standard. Waktu anamnesis saya bingung. Habis pasiennya gak ngasih banyak informasi. Di setting nyata waktu yankes ato jaga klinik gak segitunya deh... Jadi DD saya cuma TB dan kakeksia karena malignasi. Pasien itu dah bilang gak batuk... tapi saya tetap maksain mengarah ke TB. “Selain penurunan berat badan, beneran gak batuk, Pak? Kalo keringat malam ato demam ada gak??” Haha, saya berkali-kali bertanya kayak gitu. Maksa... Sampe pengujinya senyam-senyum. Waktu diperiksa gak ada kelainan fisik, lagi... Aduh... Mentok gini... Kalo ujian beneran gak lulus nih... Akhirnya bel yang dinanti berbunyi juga... Beneran, rasanya ingin segera terbang dari ruangan itu. Setelah cross check sama temen lain, ternyata ada juga yang sama bingung dengan saya, tapi ada yang dapat DM! O iya... DM ya... Kenapa gak kepikiran... Aduh dudul... Coba tadi lebih rinci anamnesisnya. Trus cek GDS, pasti ketahuan. Gak papa sih, gak mempengaruhi hidup dan mati, tapi kan malu sama pengujinya, pake acara maksain pasien lagi... Hehe... Tips untuk penyakit dalam, inget berbagai DD penyakit berdasarkan keluhan utama pasien!! Saya merekomendasikan buku Bedside Diagnosis.

Station keempat, THT. Kasusnya penurunan pendengaran. Pasiennya actingnya lumayan juga. Pura-pura gak denger, jadinya saya ngomong sekalian teriak-teriak aja. Hehe... Gak susah sih ini menurut saya... Anamnesis bla-bla-bla... Trus periksa fisik. Awalnya karena keluhannya penurunan pendengaran, saya mau tes rinne-weber-schwabah. Haha, sok-sokan mau diagnosa CHL ato SNHL. Tapi ternyata gak disediakan garpu tala. Jadi saya periksa THT aja. Kedudulan saya, dah lama gak pegang otoskop, saya bingung nyalain otoskopnya. Haha, untung pengujinya baik hati. Dokter ini kayaknya waktu saya koass THT masih R atas deh, sekarang dah staf ya... Beliau ngasih tau saya. “Ditekan trus diputer dik...” Mungkin karena ini cuma try out. Kalo OSCE UKDI beneran jangan harap dapat penguji kayak gitu. Hasil pemeriksaannya dikasih foto liang telinga tertutup serumen. Yup... Cerumen prop... Tindakannya evakuasi serumen lah ya... Tipsnya: kuasai cara pemakaian alat. Sering pinjam alat di skills lab buat latihan. Kalo bingung nyalain otoskop aja bisa ngabis-ngabisin waktu...

Station kelima, penyakit dalam 2. Pasien ini actingnya bener-bener totalitas. Acung jempol deh. Dari make up bisa pucet banget, terus kesakitan sampai jumpalitan. Keluhannya nyeri pinggang kiri, buang air kecil berdarah, demam. Tapi pasien ini khas sih.. Lebih mudah dieksplor juga dibanding DM yang gak jelas. Pemeriksaan fisik ada nyeri ketok ginjal. Pyelonefritis akut mungkin. Tapi saya minta hasil BNO IVP gak ada... Akhirnya kasih analgesik dan antibiotik wae. Pasiennya nanya, “jadi gak mondok ya dok?”. Bodoh sekali saya jawab gak, padahal jelas-jelas pasien kesakitan gitu. Saya bilang ntar kalo obatnya habis kontrol lagi aja. Aduh... dudul banget... Harusnya dirujuk ke rumah sakit buat opname ya, wong KU nya buruk gitu. Ah sudahlah gak papa... Tipsnya: lihat KU pasien, kalo dah nampak sekarat gitu ya opname aja lah...

Station keenam, DV. Ini pasiennya juga niat. Kulitnya ditempel-tempel entah pake apa jadi ada UKK nya. Gatal-gatal, nyeri, demam... Ada foto UKK nya juga, ada vesikel kecil-kecil, ada yang pecah... Jadi disuruh deskripsi UKK nya. Entahlah bagi saya seluruh penyakit DV tuh mirip semua yak... Pokoknya saya gak mau ambil DV lah... Riwayatnya anak pasien juga sakit serupa, dah sembuh. Saya diagnosa varicella DD herpes. Saya minta periksa penunjang, Tzank test nya, ada hasil fotonya, tapi saya bingung juga interpretasinya apaan, biru-biru gak jelas gitu. Hehe.. Akhirnya saya malah jadi labil, diagnosa jadi herpes. Pengujinya trus nanya, jadinya diagnosa herpes apa varicella? Huaa... malu saya... Sebenarnya saya juga bingung diagnosanya apa. Tipsnya: jangan labil.

Station ketujuh, anak. Ibu-ibu bawa boneka. Jadi heteroanamnesis sama ibunya. Kasusnya biasa sih, lemas, rewel, jadi tidak aktif. Gak ada diare, demam. Anamnesis singkat riwayat perkembangan, imunisasi, perinatal, prenatal gitu lah. Semuanya biasa aja. Ternyata waktu diperiksa konjungtiva anemis. Pemeriksaan laboratorium mendukung diagnosa anemia defisiensi besi. Cuman saya bingung sumber perdarahannya dari mana, soalnya waktu anamnesis gak ada riwayat perdarahan. Pemberian makannya juga dah baik. Entahlah. Terapinya saya kasih vitamin dan SF. Dan saya gak tahu berapa dosis SF untuk anak-anak. Aduh... Habis umumnya anak paling ISPA, diare gitu... Tips: hapalkan dosis obat-obat untuk anak-anak, dalam /kg BB. Gak cuma analgesik, antibiotik aja, tapi indonesia raya, sampai suplemen, vitamin, obat-obat gak penting gitu deh. Selamat menghapal.

Station kedelapan, jiwa. Soalnya dah jelas mengarah banget... Pasien merasa was-was, gelisah, gak tau kenapa. Berdebar-debar, gejala otonom gitu deh. Kayak gini sih gak usah dianamnesis juga dah jelas General Anxiety Disorder. Tapi ya protapnya harus diperiksa ya. Jadilah ngobrol sama si pasien ini. Dengerin keluhannya. Periksa status mental. Gak terlalu masalah sih. Cuma saya lupa gimana nulis RM jiwa yang sistematis. Dudul deh... Padahal jiwa stase terakhir dan saya juga ada keinginan ambil jiwa. Gak papa lah. Yang penting diagnosanya tau, gak malu-maluin. Hehe... Terapinya alprazolam atau diazepam. Sama sok-sokan ngasih psikoterapi gitu deh. Tips: inget cara penulisan RM jiwa yang benar. Kayak KU, isi pikir, arus pikir, persepsi, dsb...

Station kesembilan, emergency. Wah paling kacau. Bingung. Alatnya juga gak lengkap sih... Soalnya ada pasien tiba-tiba gak sadar, sebelumnya mengeluh sakit dada. Ini pake manekin juga. Pertama dah ABC, primary survey, menurut soal gak ada nadi dan napas. Trus saya dah CPR. Waktu tanya ke penguji gimana nadi dan napas setelah CPR, penguji cuma menunjuk ke soal lagi. Aduh kan bingung... Maksudnya tetap gak ada nadi dan napas gitu ya... Mungkin harusnya dipasang ET ya, tapi ET nya gak ada. Gimana ya... Yang ada malah adrenalin. Masak langsung suntik adrenalin sih... Kacau, di ruangan ini waktu berjalan begitu lambat. ZzzzzZzzzz... Tips: ternyata menurut teman saya, lebih baik bilang “sekarang saya pasang ET” semacamnya lah meskipun gak ada alat-alat buat intubasi, daripada hanya terdiam. Haha,, sesimpel itu. Dudul.com.

Station kesepuluh, penyakit dalam 3. Saya gak tau, gimana sih cara bikin nafas supaya bisa muncul ada wheezing kalo nyatanya gak ada? Pasien standard ini, bisa kedengaran ada wheezingnya! Ajaib! Mungkin pasiennya emang ada asma kah? Kalo gak, entahlah gimana latihan actingnya. Pasien ini keluhannya sesak. Serangan kedua. Serangan pertama dah dulu banget waktu masih kecil. Bla-bla-bla... Gak ribet sih. Spirometri hasilnya variabilitasnya 35%. Asma intermitten. Terapinya reliever aja gak usah pake controller. Tips: tetap perkaya DD!!

Station kesebelas, saraf. Kasusnya pusing berputar. Anamnesisnya mengarah ke BPPV sih. Harusnya periksa manuver Hallpike ya. Saya inget nama pemeriksaannya aja, tapi lupa gimana cara nglakuinnya. Akhirnya setelah tes saraf umum, tes keseimbangan biasa aja. Tunjuk hidung jari. Test gait. Sama Romberg test. Haha... Gak tau lah. Pokoke diagnosanya BPPV lah. Terapinya? Saya lupa... Setelah ujian berakhir baru inget kalo harusnya dikasih betahistin. Waduh... Tips: Latihan manuver-manuver khusus untuk pemeriksaan neurologis. Jangan cuma apal namanya. Yang sering muncul mungkin untuk meningitis pake meningeal sign (kernig, brudzinsky), HNP, ischialgia gitu pake tes lasegue, patrick, contra patrick, trus CTS pake tes tinnel, phalen, dsb.

Station terakhir, penyakit dalam 4. Kasusnya demam 7 hari. Pasti sudah ketebak. Malam lebih panas. Mual-mual, konstipasi. Diperiksa ada hepatomegali dan lidah tifoid. Laboratoriumnya Widal test titernya naik. Jelas toh... Demam tifoid. Terapinya kasih siprofloksasin sama parasetamol. Ini station terakhir dan kasusnya gak sulit, jadi waktunya tau-tau habis deh... Tips: ada baiknya saat membuat DD, lakukan juga pemeriksaan untuk menyingkirkan DD. Misal DD dengan DHF, lakukan rumple leed gitu.

Huah... akhirnya semua selesai. Saya baru sadar kalo tangan saya sangat dingin. Kayak ujian beneran aja.. Saya benar-benar berharap semoga UKDI kemarin lulus semua deh. Soalnya ternyata menyeramkan kalo harus ikut OSCE UKDI juga. Di akhir sesi, kami diminta ngisi kuisioner. Untuk sistem ujiannya, menurut saya dah baik, pasien standardnya juga sangat oke, lulusan ISI kali yaa? Tapi beberapa station alatnya kurang lengkap, kayak emergency gak ada ET, ambubag, trus THT gak ada garpu tala. Trus waktu try out saya rasa ada station yang kurang. Ternyata station mata emang gak ada...

Try outnya 3 jam lebih, capek juga. Tapi Alhamdulillah dapat pengalaman dan masukan buat diri sendiri, ternyata masih tetep harus banyak belajar. Dan Alhamdulillah, dapat makan siang gratis dan fee yang lumayan daripada cuma menggalau gak jelas di rumah. Hehe...

Oiya... Meski cuma try out katanya hasilnya tetap dinilai dan diemailkan ke masing-masing peserta, tapi gak akan mempengaruhi apa-apa sih. Cuma buat refleksi kita aja. Jadi penasaran, apa saya bisa lulus semua station padahal gak belajar dulu. Tebakan saya sih, mungkin yang hasilnya mengenaskan yang obgin, emergency sama penyakit dalam yang kasus DM. Lainnya meski gak perfect tapi tolerable lah (kalo saya yang jadi pengujinya loh, hehe...).

Semoga teman-teman batch selanjutnya bisa mempersiapkan UKDI dan OSCE UKDI sebaik-baiknya. Selamat Berjuang! Viva Medika!!