Minggu, 17 Oktober 2010

Don't Call Me Ikhwit


Sebaris sajak,, terinspirasi dari salah seorang teman ikhwan yang suka memanggil saya ikhwit!!!  @_@'
Ini sajak bergenre semi-fiktif-hiperbolis (agak fiksi agak nyata, serta labayatun gitu, deh...)


Please don’t call me ikhwit
Jujur itu membuatku sakit

Aku tak mengerti...
Kenapa ikhwan sepertimu menilai ketakwaan kami dari...
Panjang pendeknya jilbab??
Memakai gamis atau celana panjang??
Bercadar atau tidak??
Bukankah ketakwaan itu letaknya di hati,,
terlebih bila semua aturan dasar berbusana muslimah telah terpenuhi...

Bukannya aku ingin dianggap takwa atau apa
Hanya Allah yang benar-benar mengetahuinya
I just want you to understand
Don’t judge a book by the cover, man...

Please don’t call me ikhwit
Jujur itu membuatku sakit

Melihatku memakai celana panjang kau tak terima
Kau sendiri memakai celana pendek saat main bola
Tahukah kau bila paha itu aurat pria??

Kau tegur aku karena menumpang mobil kawan pria selepas dari UGD jaga malam
Kau sendiri  tanpa urgensi memboncengkan kawan wanita yang bukan mahram
Mana yang lebih bahaya,, semobil berdua atau semotor berdua?? -- dua dua nya bahaya siy :p --

Please don’t call me ikhwit
Jujur itu membuatku sakit

Kau tegur aku karena memajang foto-foto narsis di facebook
Kau sendiri juga memajang foto-foto narsis di facebook
So??? Think before you say something, Bung!!

Kau bilang aku kayak akhwat ABG labil yang baru kenal tarbiyah
Tahukah kau aku sedang berusaha istiqomah??

Kau bilang ingin punya istri muslimah kafaah,,
Perbaiki diri dulu dong, Akh...  :D


*maaf bila ikhwan yang bersangkutan merasa tertohok,, atau bila ada ikhwan yg merasa tertohok walau tidak bersangkutan... :p

Dialog Muslim dan Atheis

Alkisah ada sepasang sahabat yang sangat cocok dalam segala hal kecuali satu, kepercayaan.
Amrul adalah seorang Muslim, baik hati dan tidak sombong, dari keluarga baik-baik, sarjana Universitas Al Azhar, cerdas, rajin shalat, mengaji, sering mengingatkan dalam kebaikan, seluruh hidupnya dicurahkan untuk meraih ridho Allah.
Rudi juga baik hati dan tidak sombong, berasal dari keluarga baik-baik, fresh graduated dari Universitas Stanford, sangat optimis dan percaya diri, cerdas, berjiwa sosial tinggi, namun dia tidak percaya Tuhan dan tidak pernah beribadah menurut ritual agama apapun.
Sepasang sahabat ini sejak kecil selalu bersama hingga bangku perguruan tinggi memisahkan mereka. Selama bersama, mereka tidak pernah membahas hal sensitif itu – kepercayaan terhadap Zat Maha Besar yang mengatur hidup manusia. Mungkin karena pikiran polos kanak-kanak mereka, mungkin juga karena mereka masih jelas mengingat tenggang rasa dalam pelajaran PPKn.
Saat mereka lulus perguruan tinggi, mereka pulang ke kampung halaman dan bertemu di angkringan. Setelah bercakap panjang melepas rindu empat tahun lebih tidak bertemu, mereka tiba pada topik sensitif itu. Topik yang mungkin bisa menghancurkan persahabatan mereka. Amrul yang semangat dakwahnya sedang tinggi-tingginya, memandang ini adalah kesempatan emas untuk berbuat baik sekaligus menjadikan sahabatnya tidak hanya sahabat di dunia, namun juga di akhirat.
Amrul : Kulihat sejak dulu kau tak pernah shalat, ke gereja, ke pura maupun ke wihara.
Rudi : Memang. Bukankah kau sudah tahu sejak dulu?
Amrul : Sebenarnya apa agamamu?
Rudi : Aku tidak beragama. Walaupun di Indonesia ‘agama’ itu harus ada di KTP, dan di KTP ku tertulis salah satu dari 6 agama yang diakui disini, namun sejujurnya aku tak percaya Tuhan itu ada.
Amrul : Kenapa, Rudi?
Rudi : Kenapa? Sederhana. Aku tak pernah melihat Tuhan.
Amrul : Apakah untuk meyakini sesuatu itu ada perlu melihatnya? Kau percaya bahwa udara itu ada, kan, meski kau tak pernah melihatnya? Itu karena kau merasakan keberadaannya.
Rudi : Masalahnya adalah.. Aku tak pernah merasakan keberadaan Tuhan, sahabatku.
Amrul : Dimana tempatmu memohon jika terjepit dalam kesulitan?
Rudi : Yah,,, aku tak pernah berdoa,, aku percaya selalu bisa melakukan segala sesuatu sendiri. Sejauh ini, aku bisa mengatasi semuanya, tanpa perlu campur tangan Tuhan. Karena memang Tuhan itu tidak ada. Tuhan itu diciptakan oleh manusia melalui angan-angan mereka, Rul. Sebenarnya manusia itu mampu mengatasi semua kalau mereka mau optimis. Tuhan itu hanya membuat manusia lemah.
Amrul : Kalau begitu darimana datangnya dunia kalau tidak diciptakan Allah?
Rudi : Dunia tercipta dengan sendirinya. Dentuman Besar. Teori Big Bang. Bukankah kau juga tahu itu?
Amrul : Itu pun masih teori kan, tidak ada yang bisa membuktikannya kecuali ada mesin waktu untuk pergi ke milyaran tahun lalu. Kalau pun prosesnya benar-benar melalui itu, aku percaya Allah yang mengaturnya. Tak mungkin terjadi secara kebetulan. Lalu darimana asal kehidupan?
Rudi : Kehidupan berasal dari reaksi kimia di atmosfir bumi yang dipicu oleh kilat dan energi matahari,, menghasilkan asam amino dan karbon. Reaksi-reaksi terus terjadi sampai terbentuk molekul yang bisa mereplikasikan diri. Itu RNA. Kemudian terbentuk DNA, bakteri, hewan bersel satu, berevolusi menjadi organisme yang tingkatannya lebih tinggi, dan kita, manusia adalah organisme yang evolusinya paling sempurna.
Amrul : Aku juga tahu teori itu. Tapi ada keganjilan dalam teori itu. Kenapa sampai sekarang masih ada hewan bersel satu maupun bakteri-bakteri itu jika memang semua berasal dari satu titik? Kenapa tidak semua berevolusi menjadi manusia? Itu karena Allah menciptakan makhluknya dengan berbagai bentuk sejak awalnya. Allah itu Maha Agung. Kau tetap tak percaya itu?
Rudi : Itu karena seleksi alam, Amrul. Bakteri yang masih menjadi bakteri itu tidak lolos seleksi alam. Jadi mereka tidak mengalami evolusi ke tingkatan lebih tinggi.
Amrul : Ah,, cukup teori evolusinya. Aku hanya menyayangkan orang baik sepertimu tidak percaya pada Allah. Lagipula kau sahabatku sejak kecil. Kau percaya kan setiap manusia akan mati?
Rudi : Tentu saja. Aku sudah sering menjumpai kematian di sekitarku. Itu proses kehidupan yang wajar.
Amrul : Kau percaya dunia akan kiamat?
Rudi : Aku tahu suatu saat dunia pasti hancur. Atmosfer bolong dimana-mana. Meteor bisa setiap saat menghantam bumi. Bumi sudah tua, bermilyar-milyar tahun. Itu hal yang logis. Tapi aku tak percaya ada kehidupan setelah kematian, kalau pertanyaanmu mengarah ke situ.
Amrul : Kau cerdas Rudi, tahu saja kalau aku mau menanyakan masalah akhirat. Tapi kau tahu tentang akhirat kan? Surga dan neraka?
Rudi : Tentu saja aku tahu. Hampir semua agama mengenal konsep surga dan neraka. Namun sama seperti Tuhan dan agama, itu hanya angan-angan dan khayalan manusia. Hanya untuk memacu manusia berbuat baik dan menghindari kejahatan. Kau lihat? Aku tak percaya surga dan neraka itu ada, tapi aku selalu berbuat baik pada orang lain. Aku taat pajak, disiplin, tak pernah mencuri, tak menyakiti orang lain. Konsep surga dan neraka tidak sedikit pun mempengaruhi perilakuku.
Amrul berpikir. Otaknya berputar. Bismillah...
Amrul : Oke... Karena sudah segala cara kugunakan, sekarang coba pikirkan ini. Ini sangat logis. Seandainya,, kamu yang benar... Bahwa Allah itu tidak ada,, bahwa surga maupun neraka tidak ada. Maka aku tidak akan merugi. Aku shalat dan beribadah di dunia,, memperbaiki kualitas kehidupanku. Pikiranku tenang, hatiku lapang, selalu merasa dekat dengan Allah, meskipun seandainya Allah tidak ada. Aku memperoleh sugesti positif untuk selalu berbuat baik. Bukan suatu kerugian bagiku bila tidak ada akhirat, karena aku tetap memperoleh keuntungan di dunia.
Namun,, bila seandainya aku yang benar... Bahwa Allah itu ada,, dan bahwa surga maupun neraka itu ada... Maaf teman,, kau benar-benar merugi. Karena di akhirat segala perbuatan baikmu itu tak akan diperhitungkan oleh Allah jika kamu tak beriman pada Allah. Itu semua akan sia-sia. Mungkin Allah membalas kebaikanmu selama ini dengan memudahkan segala urusanmu di dunia, karena Allah Maha Pengasih pada semua makhluk. Tapi Allah Maha Penyayang hanya pada hamba-hamba yang percaya dan beribadah kepada Allah. Di akhirat, kau akan dimasukkan neraka jika tidak percaya pada Allah dan tidak pernah beribadah. Siksa di akhirat abadi, dan bila nyawamu telah tercabut, waktu tidak bisa diputar lagi meski kau memohon pada Allah.
Bagaimana itu bisa kita buktikan? Jika keyakinanmu benar, baik keyakinanmu maupun keyakinanku tak akan pernah bisa terbukti karena setelah kehidupan ini tak ada kehidupan lagi. Namun jika keyakinanku benar, keyakinanku yang benar dan keyakinanmu yang salah akan terbukti setelah kita sampai di akhirat nanti.
Rudi terdiam lama setelah mendengar kata-kata Amrul.
Rudi : Aku tak mau menunggu keyakinanku terbukti salah. Ajari aku mengenal Allah, sahabatku.
(terinspirasi cerita lama Ayah tentang 'cara menyadarkan atheis')

My blog

Yah,, sudah lama sekali saya buat blog ini, tapi belum sekalipun saya posting artikel. Padahal banyak yang ingin saya posting kan. Kenapa? Karena saya gaptek gak ngerti caranya posting di bl0g. It's complicated. Silahkan ketawa. Hahaha...

Mungkin sebelumnya ada yg pernah liat blog saya ini (sok yakin banget ada yg buka blog ini :p) dan geleng2 kepala karena gak ada isinya. Dasar gaptek... Hehehehe...

So, sekarang saya berusaha melawan kegaptekan saya. Saya akan mulai berpetualang di dunia perblogan. Yuhuuu....