Kamis, 25 April 2013

Setelah Sekian Lama

Setelah sekian lama, hampir tiba lah akhir dari kisah internship sekaligus kisah LDR ku bersama suami. Setahun lamanya, tinggal menghitung hari. Hari ini masih jaga bangsal, besok malam juga. Setelah itu jaga bangsal sebagai dokter internship tidak akan pernah dialami lagi. Menikmati saat-saat terakhir... Diiringi kipas angin yang menderu... Pasien dokter umum cuma 1 orang. Damai sekali rasanya... Akhir-akhir ini aku diliputi oleh euforia akan pulang. Rasanya naik turun. Kadang terasa galau dan rindu begitu mendera. Kadang semangat luar biasa. Ah... Pengalaman ini tak akan terulang lagi.
 
Belum tentu kelak aku akan menjejakkan kaki ku di pulau Lombok ini lagi. Jadi aku berusaha menikmati saat-saat terakhir... Saat dimana shalat subuh jam 6 pagi masih belum terlambat karena masih gelap. Berangkat jaga jam 7 pagi rasanya masih sejuk dan dingin, belum panas. Disini rasanya waktu berlalu begitu cepat. Tiba-tiba sudah siang, lalu malam... Lalu siang lagi... Mungkin karena jaga bangsal per 12 jam, jadi tidak terasa.
 
Di Lombok aku memang tidak banyak berpetualang. Entahlah... Mungkin karena setelah menikah, aku merasa jika bepergian apalagi bersenang-senang tanpa suami itu rasanya tidak aman, meskipun suami juga tidak mengekang asal kegiatannya bukan yang aneh-aneh. Tapi lumayan juga sudah mengunjungi beberapa tempat. Pantai Senggigi, Narmada, Gili Nanggu, Air Terjun Benang Setokel, Bangsal (tidak sampai menyebrang ke Gili Trawangan karena suami tidak mau... Aku justru bersyukur mengingat betapa tidak kondusif tempat itu bagi pandangan suamiku... Hehehe...), Tanjung Ann... Kemana lagi yaa... Rasanya kalo dibandingkan dengan teman-teman lain mungkin aku belum banyak pengalaman. Tapi ga papa... Yang penting secara umum tetap senang dan bahagia...
 
Makanan Lombok... Mungkin memang kurang cocok dengan lidahku. Namun suatu saat nanti pasti aku akan merindukan pelecing kangkung, ayam taliwang dan nasi puyung... Merindukan sensasi sakit perut karena kepedesen. Hehehe....
 
Warga rumah sakit, dokter dan perawat IGD, perawat bangsal, dokter dan perawat poliklinik, bidan-bidan, cleaning servis, pasti aku merindukan mereka karena sudah hampir tiap hari aku bertemu dengan mereka dan mereka juga menyambut kami dengan baik.
 
Orang-orang puskesmas... Meskipun sudah tidak bekerja di puskesmas lagi tapi mereka tetap menyambut baik saat aku datang mengurus persyaratan tugas magang... Dokter puskesmas yang baik, bidan-bidan dan perawat-perawat yang rame membuat tugas selama 4 bulan di puskesmas terasa menyenangkan.
 
Teman-teman internship... Meski sejak awal kami semua tidak bisa kompak karena satu atau beberapa hal, pasti kelak aku tetap akan merindukan mereka. Konflik-konflik kecil dan masalah yang kadang membuat sebal namun semua itu mendewasakanku. Bagaimana menekan ego dan menahan diri supaya tidak terjadi masalah yang lebih besar. Bagaimana bingung caranya supaya netral saat teman-teman terpecah menjadi dua kubu yang berseteru. Hmm... Tapi sebenernya teman-teman ku baik semuanya. Hanya kadang ada perbedaan karakter dan kesalahpahaman yang menimbulkan ketidakkompakan...
 
Papuk-papuk penghuni panti wreda... Papuk Nur yang sering ingin beli beras, Papuk Sri yang rajin buang sampah, Papuk yang rajin menyiram bunga... Semuanya pasti akan tetap ada dalam kenangan meski tak bertemu lagi.
 
Kenangan konyol tapi agak menyedihkan, di sidang Kepala dan Pengurus Panti karena kesalahpahaman saat suamiku datang kesini... Sampai nangis-nangis... Tapi semua akhirnya bisa diluruskan dan diselesaikan baik-baik.
 
Daan... 6 hari lagi aku pulang... Begitu rindu aku dengan keluargaku dan suasana Jogja... Pada suamiku dan juga tanah Madura meski baru beberapa bulan aku mengenalnya. Semoga Allah memberiku kesehatan, keselamatan dan cukup usia sehingga aku bisa bertemu dengan orang-orang yang aku cintai...
 
Kelak aku pasti akan merindukan tidur di kamar kosan ku... Duduk di berugak depan kosan... Mencuci dan menjemur baju di jemuran samping kamar tiap ada waktu libur... Memasak sendiri supaya ngirit... (meskipun akhir-akhir ini sudah sering jajan). Pesan galon tiap minggu di toko depan. Semuanya akan terus tersimpan di memori otakku.
 
Bye bye Mataram... Bye bye Lombok...

Sabtu, 20 April 2013

Magic Com Si Serba Guna

Baru sempat posting tulisan ini...

Ini adalah eksperimen saya memanfaatkan magic com sebagai alat alternatif untuk memasak. Karena dulu saya pernah dengar dari sepupu saya bahwa magic com bisa dipakai untuk masak selain nasi jika kita tidak punya kompor. Well, sebenernya di kosan ada kompor gas juga. Tapi karena waktu itu kebetulan gas habis (dan males nuker) dan saya dah pengen banget makan masakan sendiri. Karena bosen jajan yang rasanya ga oye di lidah saya. Yah, sebenernya yang oye juga ada, tapi harganya ga oye sehingga kalo tiap hari boros juga sementara waktu itu sempet BHD ga turun-turun hampir sebulan. Sementara saya kan orang yang hemat (bahasa halus dari pelit), sehingga pinginnya makan yang enak tapi ngirit.

Saya juga pernah searching-searching cara memasak pake magic com. Hei... Ternyata emang bisa buat berbagai masakan. Ga cuma masak nasi n rebus telur diatasnya kayak saya selama ini. Makanya saya berani buat nyoba.

Disini saya ga bagi resep secara khusus, karena masakannya nothing special jugaa... yang beda cuma masaknya pake magic com. Gimana caranya? Simpel sih... gunakan magic com sebagai pengganti wajan, bisa buat goreng telur, numis sayur, masak mie, goreng tahu juga bisa loh...

Waktu itu yang saya buat nasi uduk, telur dadar, tahu goreng, dan cah tahu sawi ijo...



Nasi uduk sebelumnya saya dah sering buat pake magic com. Biasa aja kayak masak nasi putih. Bedanya setelah dicuci, masaknya pake santan bukan air bening. Trus dikasih daun salam, garam n penyedap rasa secukupnya.. Oya, saat memasak, sesekali aduk nasi supaya santan ga ngendap di atas.



Nasinya berdaun!



telur dadarnya 'bolong'
Telur dadar.... Biasa aja. Kocok telur dikasih cincangan bawang merah n bawang putih, n sedikit garam. Tuang minyak ke magic com, tekan cook, kemudian masukkan telur. kalo dah matang satu sisi balik.












Kupikir bakalan lengket, karena sepupuku bilang, bisanya buat yang deep frying aja. Tapi kupikir lagi kan ada lapisan teflonnya, logikanya ga lengket. Lagian aku pernah liat resep fuyung haiYah, namanya eksperimen, misal lengket ya dibuat orak arik sekalian. Hehe :D. Eh setelah kucoba ternyata nggak lengket loh...


Tempat naruh lauknya tempat bekal gini. Biar ngirit nyuci piringnya. Dan bisa ditutup biar ga disemutin. Hihi



















Tahu goreng... Biasa juga. Bumbuin dengan bawang putih, ketumbar dan garam yang dihaluskan, lalu goreng kayak cara goreng telur tadi. Tapi minyaknya agak dibanyakin supaya bisa kecelup tahunya.

Kalo sepupuku bilang, ini yang namanya deep frying alias goreng kanclop lengo :D

Dan entah mungkin karena kurang panas, jadinya permukaan tahu matangnya kayak ga rata gitu, agak brintik2... Tapi setelah dicoba enak juga kok, rasanya ga ada bedanya kayak goreng di wajan.

tahu brintik2



Goreng tahu mini
Cah tahu sawi ijo. Beli tahunya banyak, jadi sekalian dibuat sayur ceritanya. Potong dadu tahunya. Goreng sebentar, angkat.












puas masak sayur sendiri.



Lalu tumis bawang putih, bawang merah. Masukkan tahunya, aduk sampe tercampur bumbu. Masukkan air. Beri garam, merica dan kecap. Setelah mendidih masukkan sawi ijo. Masak sampe matang.









Dasar ngirit. Lauk dah tahu, sayur isinya tahu lagi... :D


Buat masak mie instan juga bisa. Tapi saya lebih suka pake water heater yg bentuknya panci (dulu dibawain ibuk, dan sangat berguna sekali saat kelaparan malam2 saat belum ada kompor dan belum beli magic com) buat masak mie karena menurut saya magic com agak lama mendidihkan air. Ga sempat kepotret gambarnya. Yah... gitu2 aja deh yang namanya mie instan. (Sebenarnya masakan2 diatas juga 'gitu2 aja'. Hehehe...).

Yah... Dari perjalanan merantau ni dapat ilmunya satu lagi... Menerapkan tak ada rotan akar pun jadi.... Semoga bisa menambah inspirasi bagi yang mau berkreasi dengan si magic. Sekian. Yuhuuuu......


 

Sabtu, 09 Maret 2013

Kiat Jadi Menantu Kesayangan

Dulu banyak yang bilang bahwa menantu perempuan dan mertua perempuan susah akurnya. Bahkan gambaran ibu mertua itu begitu galak atau cerewet, sampai-sampai ada tanaman yang dinamai lidah mertua yang bentuk daunnya tajam-tajam [kata salah seorang guru saya dulu, karena lidah mertua umumnya tajam-tajam].

Well, tapi ternyata setelah menikah saya diberikan ibu mertua yang baik. Alhamdulillah. Saya dianggap seperti anak sendiri. Dan saya juga menganggap beliau seperti ibu kandung.

Bagaimana dengan anda?

Yah, meskipun ibu mertua kita baik, bukan berarti kita bisa semena-mena. Sebaiknya kita juga tetap berlaku sebaik mungkin sehingga ibu mertua makin sayang sama kita. Hey, jangan salah... Bukan jamannya menantu musuhan sama mertua. Mari kita menjalin hubungan baik dengan mertua. Banyak loh keuntungannya. Apalagi jika karena berbagai hal masih tinggal seatap dengan mertua. Musuhan dengan mertua itu bikin gak betah dan bawaannya pingin pulang ke rumah ibu kandung aja. Wkwkwk... :D

Kenapa sih harus berakrab-akrab dengan mertua?
 
1.Ibu mertua ibu kita juga. Dan percayalah, berbuat baik pada ibu mertua juga bernilai ibadah, karena termasuk berbakti pada orangtua. Jika kita ingin menjadi istri shalihah, maka berbakti pada mertua adalah hal yang utama. Beberapa saya dengar ada istri-istri yang ekstrim pada suaminya bilang, "Pilih aku atau ibumu?" dan masih mengaku istri shalihah? Astaghfirullah... Bahkan jika kepentingan ibu mertua lebih didahulukan suami, itu wajar dan tidak melanggar syariat. Ingat, istri shalihah itu taat pada suami. Pada seorang istri, jika antara suaminya dan orangtua kandung tidak sependapat pun, kita harus tetap mendahulukan kepentingan suami. Sedangkan pada suami, bakti pada orangtua kandung itu tak terbatas meski sudah menikah. Suami wajib taat kepada ibunya, sementara kita wajib taat pada suami. Jadi, bagi yang ingin jadi istri shalihah, menjadikan ibu mertua sebagai musuh adalah BIG NO.

2.Ibu mertua itu kunci hati suami juga, apalagi jika ibu dan suami sangat dekat hubungannya. Bahkan jika suami dan ibu tidak dekat pun, jika kita mengobarkan perang dengan ibu mertua, tentu rasa cinta suami tetap akan berkurang kepada kita. Karena sejauh-jauhnya hubungan ibu dan anak lelaki, jika anak itu anak yang berbakti pada orangtuanya, hatinya pasti akan sebal juga pada pihak yang menyakiti orang yang melahirkannya. Sebaliknya jika kita berhubungan baik dengan ibu mertua, insya Allah suami akan makin sayang juga pada kita. Itu merupakan salah satu tanda kedewasaan kita juga. Bahkan pun jika kita pencemburu, yang pertama jauhkanlah cemburu pada ibu mertua. Simpan cemburu untuk hal-hal yang memang mengancam hubungan kita dengan suami, WIL misalnya... (nauzubillah, jangan sampai ada, deh... hehe...). Saya juga pencemburu, tapi Alhamdulillah tidak cemburu sama ibu mertua.

3.Jika ada masalah dengan suami, misalkan suami khilaf atau kita yang khilaf, atau masalah besar apapun yang membuat rumah tangga retak seakan hampir berakhir (nauzubillah, jangan sampai juga sih... tapi kita kan ga pernah tau akan masa depan), hubungan akrab dengan mertua ini bisa membantu kita menemukan solusi, atau setidaknya sebagai pihak yang memediasi pertikaian dengan suami. Tapi ini jika masalahnya benar2 besar ya... Jika masalah kecil selesaikan berdua dulu lah, jangan sampai ada pihak lain yang tahu, termasuk orangtua maupun mertua. Maksudnya jaga juga kehormatan suami dan rahasia rumah tangga gitu. Karena namanya berumahtangga, bukan cerita dongeng yang terus-terusan sayang-sayangan bahagia selamanya kan... Sebagai manusia biasa, 2 orang beda latar belakang, 2 isi kepala, tentu wajar jika ada riak-riak perbedaan pendapat. OK, kok malah kepanjangan yaa... Intinya jika hubungan dengan mertua harmonis, mereka bisa juga membantu andai ada prahara besar di perjalanan bahtera rumah tangga kita. Namun jika tidak harmonis, bisa jadi pihak mertua justru mengompori kebakaran hingga tambah besar, apalagi jika mertua memang tidak suka pada kita karena kita yang memulai sikap memusuhi itu.
 
4.Misalkan kita menjadi working-mom, jika kita sedang sibuk bekerja, menitipkan anak yang masih balita pada mertua lebih terpercaya daripada pada baby sitter. Yakin deh bahwa mertua pasti akan menyayangi cucunya, sedangkan baby sitter jaman sekarang belum tentu bertanggung jawab. Banyak juga cerita-cerita seram baby sitter yang memberi obat tidur untuk anak majikannya karena saking rewel hanya supaya bisa nonton sinetron dengan tenang. Takut ah... Nah, jadi jika kita bersikap baik kepada mertua, insya Allah mertua akan lebih legowo dan lebih senang ikut membantu menunggu anak-anak kita. Taking benefit boleh juga donk... Hehe... 
 
Lalu bagaimana caranya mengambil hati mertua?
 
Nah, ini sebenarnya juga masih sedang belajar. Secara, saya juga belum lama mengenal mertua saya. Baru setelah menikah. Itu pun saya sekarang sedang tinggal jauh dari suami dan keluarga karena tugas. Dua bulan lagi pulaaang... Horreee... *maaf jadi oot. Jadi pertemuan saya dengan mertua hanya pertemuan-pertemuan singkat selama beberapa hari saat-saat saya mengunjungi suami saya. Tapi tak ada salahnya membagi tips untuk sama-sama belajar. Jadi learning by doing lahh...
 
1. Anggap sebagai ibu sendiri, jangan sebagai monster menakutkan. Tapi bukan berarti bisa seenaknya ya... [kan sama orangtua sendiri juga tidak bisa seenaknya..., hehehe]. Maksudnya sayangi beliau, berkata halus dan akrab, jangan membentak meskipun ada hal yang tidak sependapat. Sampaikan dengan baik.
 
2. Dengarkan cerita beliau, karena orang tua suka jika ceritanya didengarkan. Apalagi jika sudah sepuh. Jika bingung mau menanggapi apa, tak usah menanggapi juga sudah cukup. Karena orangtua kadang hanya butuh teman untuk membagi cerita. Siapa tau kita dapat bonus yang bermanfaat bagi kita. Misal dapat bocoran tentang sifat2 suami yang belum kita ketahui, sehingga kita jadi tidak kaget jika suatu saat sifat itu muncul dan bisa menyikapi dengan baik. Atau resep makanan favorit suami. Bagaimanapun mertua sudah lebih lama mengenal suami kita. Jadikan ini sebagai info berharga untuk mengeratkan hubungan dengan suami. *apalagi bagi yang menikah tanpa pacaran seperti saya.
 
3. Jika ada kepentingan yang berbenturan antara mertua dengan kita yang melibatkan peran suami, maka dahulukan kepentingan mertua. Jadi ga akan ada istilah rebutan, hehehe... Insya Allah suami akan tambah cinta sama kita jika kita mencintai orangtuanya.
 
4. Ibu mertua lebih tahu segala urusan rumah tangga, menantu adalah anak kemarin sore yang tidak tahu apa-apa tentang urusan rumah tangga. Prinsip ini penting apalagi jika kita masih tinggal seatap dengan mertua. Kata kuncinya adalah 'jangan sok tahu meskipun kita sudah tahu, apalagi jika belum tahu'. Bagaimanapun ibu mertua akan menganggap menantu sok tahu itu menyebalkan. Meskipun kita sudah hobi memasak atau bahkan sepandai koki maestro, mendengarkan saran dari ibu mertua akan sangat bermanfaat. Ibu mertua juga akan merasa lebih dihargai jika kita bertanya hal-hal rumah tangga yang belum kita ketahui. Jika ibu memberitahu, meskipun kita sudah tahu, jangan keburu merasa diremehkan dan nangis bombay mengadu pada suami... Tapi dengarkan baik-baik. Siapa tahu memang ada hal-hal kecil yang belum kita ketahui. Jika pun infonya sudah pernah kita tahu, jangan bilang, "Wah sori bu... dah tahu sejak dulu... Infonya ga bermanfaat tu... Malah sekarang ada yang lebih apdet... Info ibu dah kuno tu. Menurut riset di jurnal bla...bla... bla...". Itu menyakitkan gals... Bilang saja terimakasih, itu sudah cukup. Meskipun tidak mendapat tambahan info, ibu akan senang jika sarannya bermanfaat. Jika pun ada yang menurut kita perlu dibenahi, misal dari segi kebersihan bahan makanan, sumber makanan yang lebih sehat, dan lain-lain, sampaikan dengan hati-hati.
 
5. Sesekali pergi berdua dengan ibu mertua tanpa bersama suami (dengan izin suami tentunya). Sekedar menemani belanja, atau jalan-jalan. Dengan pergi hang out dan menganggap mertua sebagai teman, ibu akan merasa senang dan semakin sayang pada kita.
 
6. Sering membantu pekerjaan rumah tangga mertua, apalagi jika mertua sudah biasa mengerjakan semua sendiri. Misal memasak, mencuci piring, dan lain-lain. Tidak harus semua kita kerjakan, karena menantu tentu bukan pengganti pembantu rumah tangga. Meskipun kita bekerja, jika kita masih tinggal seatap dengan mertua, sekedar mencuci piring bekas kita dan suami makan, atau membantu menyiapkan masakan, atau menyiapkan makanan bagi suami itu sudah cukup membantu. Pokoknya prinsipnya jangan sampai kehadiran kita di rumah mertua justru menjadi beban, kalau bisa malah membantu beban pekerjaan rumah tangga mertua. Tak perlu berat-berat. Yang penting konsisten. Dan jangan merasa direndahkan jika ibu mertua minta bantuan kita untuk hal-hal yang menurut sebagian orang ga level untuk wanita yang berpendidikan tinggi.
 
7. Sesekali berikan hadiah pada mertua. Mertua akan sangat senang jika mendapat hadiah sebagai bukti kasih sayang. Tak perlu yang mahal jika secara finansial kita belum mampu. Yang penting niat kita menyenangkan hati mertua.
 
Okee... itu sedikit tips untuk menjadi menantu kesayangan. Semoga bisa membantu yang ingin mulai PDKT dengan mertua. Atau sedikit membuka pintu hati bagi yang masih menganggap mertua sebagai musuh bebuyutan.. Saya bukannya sok-sokan merasa disayang mertua ya... Tulisan ini dibuat sekedar berbagi dalam rangka meningkatkan kualitas diri sebagai menantu. Namanya juga masih belajar... Atau ada yang mau memberi tips tambahan, saya akan senang sekali.
 
So, menantu VS mertua? Janganlah... Jadilah menantu CS mertua... ^^ 

Sabtu, 12 Januari 2013

Entah Apa Ini

Lama nian saya tak membuka blog ini... Yah... Sibuk... Sebenernya gak sibuk2 amat juga sih... Tapi yaa... Rasanya gak ada waktu. Ini mumpung lagi jaga bangsal dan pasien sedang aman saya pengen posting sesuatu. Meski semua melantur tidak jelas...
 
Gak terasa sudah 8 bulan saya menjalani tugas internship ini. Gak terasa pula sudah 6 bulan saya berstatus sebagai istri, meskipun saya belum hidup berdampingan dengan suami.
 
Hmmm... Padahal kayaknya baru kemarin menapakkan kaki di Bandara Internasional Lombok untuk yang pertama kali. Padahal dulu rasanya pengen segera datang hari esok supaya magang segera berakhir dan bisa bersama suami lagi. Tapi sekarang rasanya kalo diingat-ingat lagi semua seperti begitu cepat.
 
Begitu pula kehidupan kita. Rasanya baru saja kemarin duduk di bangku SD, tau-tau dah setua ini. Hehe... Semua begitu cepat. Kita harus melakukan hal-hal yang bermanfaat supaya hidup kita tidak sia-sia...
 
Apa yang sudah saya lakukan selama magang? Apakah saya sudah berusaha menjadi istri yang baik untuk suami saya? Apakah saya mendapat banyak pembelajaran dari internship atau hanya lewat begitu saja?
 
Yah... Semoga semua tak sia-sia.. Setidaknya saya mendapat pengalaman. Pengalaman naik pesawat yang pertama kali (sungguh ndeso). Pengalaman berjauhan dengan orangtua dalam waktu yang lama (dulu saya tak pernah mengalami ini karena hidup saya hingga lulus kuliah dan koas praktis dihabiskan di Jogja). Pengalaman hidup berjauhan dengan suami padahal masih penganten baru. Pengalaman mengajar di STIKES meski hanya sebagai dosen pengganti. Pengalaman mengenal berbagai karakter manusia. Pengalaman benar-benar terlibat dinamika dunia kerja. Pengalaman manajemen ego diri. Pengalaman teamwork dengan teman-teman sekelompok magang supaya saling membantu jika yang lain membutuhkan.
 
Hmmm... Jika dulu saya sempat menyesal karena tidak mendapat tempat magang yang dekat-dekat saja, kini tidak lagi. Karena jika dapat yang dekat-dekat, tentu saya gak akan mendapat tempat pengalaman seperti ini.
 
Lagipula wahana tempat saya magang itu oke. Puskesmasnya oke, rumah sakitnya oke. Dokter pembimbing di puskesmas pun sangat baik dan kami tetap sering bersilaturahmi ke rumah beliau meski sekarang sudah pindah ke rumah sakit. Di rumah sakit, kepala rumah sakitnya baik, hari minggu kami libur jaga UGD, hanya visit saja bagi yang jaga bangsal. Di UGD semua perawat baik2 dan sangat kooperatif, dokter UGD nya juga mayoritas bisa bekerja sama dengan anak magang. Bahkan salah seorang dokter sangat senang dengan kelompok kami. Saya juga punya dokter favorit disana, yang saya sangat senang jika jaga bareng dia karena dia cerdas dan asyik dibalik penampilan yang beberapa orang bilang judes dan galak. Pokoknya kalo jaga sama dia gak perlu khawatir jika ada kasus-kasus yang belum saya kuasai.
 
Dan... saya kok ngelantur terus ya... Dah malam ni... Mau tidur dulu ah... Besok saya dititipin visit nih sama teman, mau visit pagi-pagi aja trus pulang. Hmmm... Dan salah satu segi positif jaga bangsal adalah... Ada wi fi... Jadi jika pasien aman (dan biasanya memang aman), bisa ngenet karena kalo di kontrakan sinyal nya jelek banget. Wah, kalo gitu segi positif atau negatif ya??? Soalnya jam segini jadi gak tidur... Hihi.. Malah gak jadi tidur terus ntar...
 
Udah... Tidur tidur......